Story At Night (Part 2)
Part
2 : Rahasia Terungkap
Berbulan-bulan telah berlalu semenjak pertengkaran yang
terjadi di rumah Ria yang melibatkan dirinya dengan lelaki yang dipercayainya,
Sino. Sosok Sino yang wanita itu banggakan, yang ia anggap memiliki perbedaan
dengan lelaki yang kerap ia temui di klub malam hingga beberapa yang menjadi
teman sepermainannya.
Sepertinya saat ini wanita itu sadar akan kedatangan
mereka yang membutuhkannya ketika ingin menyalurkan hasrat birahi. Selepas itu,
mereka meninggalkannya pergi dan memberikan segelintir uang yang diketahui
sebagai penyambung hidup wanita jalang itu. Menurutnya, tak ada jalan lain
untuk ia bertahan hidup di tengah kesengsaraan yang ia alami bertahun-tahun
silam. Dan ketika ia bertemu dengan pemuda berjas itu, mulai timbul rasa
penyesalan yang selama ini terselubung dalam hatinya.
“Andaikan keadaanku tak seperti ini,” begitu sesal Ria
atas hidup yang ia jalani.
Perubahan tampak terlihat oleh dirinya saat ini. Bukan
saja perubahan dari segi penampilan. Kepribadian serta gaya hidupnya kini
mengalami perbedaan dari Ria yang dikenal sebagai pelacur selama 5 tahun
belakangan ini.
Melihat bagaimana ia berpakaian dan berdandan, ia tak
lagi memakai pakaian-pakaian mini yang berukuran sesak dan make up yang tak
terlihat menor lagi. Kini Ria tampak lebih natural dan sopan dengan pakaiannya
yang lebih menutupi tubuhnya. Belahan dada yang kerap diperlihatkan, kini
tertutup oleh t-shirt yang berkerah
di leher. Rok mini yang ia kenakan pun sekarang berganti dengan celana jeans yang menutupi hingga batas
mata kaki. Masih terlihat memang aura jalang dari wanita itu. Tapi dengan
kepribadiannya yang tak menunjukkan lagi watak menggoda, ia terlihat bukan lagi sebagai pelacur. Kini ia
bertransformasi menjadi wanita biasa. Wanita yang menginginkan kehidupan
berumah tangga dengan satu pasangan sejati yang akan menemani sepanjang
hidupnya.
Riskan memang untuk memenuhi keinginannya. Karena
kehidupan lamanya sebagai pelacur mempersulit dirinya untuk memperoleh seorang
suami yang baik. Banyak orang yang mengatakan, orang baik akan mendapatkan
pasangan yang baik, dan sebaliknya. Ia pun merasa takut jikalau ia telah
mendapatkan seorang pasangan hidup, tapi ia tak dapat memberikan suaminya
keturunan. Ketakutan itu timbul dikarenakan seorang wanita yang sering
gonta-ganti pasangan akan sulit untuk mendapatkan keturunan.
Tak kurang seperti itu keadaan dan kekhawatirannya saat
ini. Namun, apa salahnya, yang penting ia telah berjuang mendapatkan kehidupan
normal yang ia idam-idamkan. Demi terwujudnya impian itu, tak jarang ia pergi
ke dokter dan psikiater untuk mengembalikan semua yang telah direnggut oleh
kehidupan di dunia malam yang beberapa saat lalu masih ia jalani. Meski hal itu
tak akan mengembalikan kesucian dan keperawanan dirinya, setidaknya ia berusaha
tak lagi memasuki masa-masa kelam yang dialaminya di kehidupan dulu.
Masih terbayang jelas diingatan ketika ia menyadari
tentang kehidupan keluarganya. Ayah yang gemar bermain judi, berselingkuh dan
memukuli ia beserta ibunya. Dan sampai ibunya meninggal, sang ayah tetap
melakukan hal-hal buruk tersebut. Bahkan ia pun ikut merasakan kebejadan
seorang ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anaknya, bukannya menghancurkan
masa depan sang buah hati.
Ketika itu, ayahnya yang biasa bermain judi dengan para bedebah lain, tak mendapatkan
keuntungan. Bahkan ia selalu kalah hingga uang yang dimilikinya habis terbuang
sia-sia. Dan bukannya berhenti bermain, malah dengan sangat gila ia
mempertaruhkan putri satu-satunya untuk dinikmati oleh teman-teman bedebahnya jika ia kalah.
“Ria? Apa kau tak bercanda? Gadis muda yang kau miliki,
yang masih berusia 16 tahun?” tanya seorang bedebah
itu kepada ayah Ria.
“Ya, kalian bisa menikmatinya sampai puas jika aku kalah.
Sungguh, dia anak yang sangat cantik dan memiliki tubuh yang sintal, jauh
berbeda dengan gadis seumurannya.”
Maksud hati berharap mendapat keuntungan, tapi malah
kesialan menghampiri. Ia pun kalah dari perjudian. Dan sebagai imbalan, para bedebah itu menagih hutang kepadanya.
Hutang yang harus dibayar dengan seorang gadis yang masih perawan nan suci.
Yang jika dinilai, sungguh tak terhingga.
“Bangsat!” tampak ayah Ria sangat kesal dan marah atas
kekalahan yang ia timpa. Ia membanting meja yang mereka gunakan untuk berjudi.
Kekesalannya justru dibalas oleh tawa kemenangan para bedebah yang sebentar lagi akan merenggut kesucian seorang gadis
jelita yang sedang segar-segarnya di masa pertumbuhan remaja.
“Ayah, kenapa kau mengajak teman-teman Ayah pulang ke
rumah?”
“Maafkan aku, nak. Layanilah mereka. Jangan membuat
mereka kesal.”
“Maksud, ayah? Ayah, aku tak mau! Aku masih memiliki masa
depan! Kenapa kau tega melakukan hal ini?” ujar Ria sembari meneteskan air
mata.
“Diamlah!” tamparan keras dilayangkan oleh seorang ayah
kepada anaknya. Memang Ria sudah terbiasa dipukuli oleh ayahnya itu. Tapi kali
ini, ia merasa tamparan itu sebagai tahap awal kehancuran masa depannya.
Diseretnya dengan paksa Ria muda oleh para bedebah yang telah menang judi atas
ayahnya. Dibawanya ke sebuah kamar yang biasa ia gunakan sebagai tempat
peristirahatan dan juga belajar oleh gadis kelas 1 Sekolah Menengah Atas itu.
Sebanyak 3 orang yang saat itu datang dan siap menggilir tubuh yang masih mulus
dan suci miliknya. Tak hanya itu, ayahnya sendiri pun yang tak tahan mendengar
para bedebah itu mengerang kenikmatan,
memasuki kamar dan ikut ambil bagian atas peristiwa na’as yang menerima Ria.
“Sungguh tak adil!” Ria yang mulai tersadar dari lamunan
masa lalunya itu perlahan meneteskan air mata.
“Mengapa ibu dulu menikahi bedebah sialan itu? Apa yang
ibu pikirkan saaat itu? Andai saja ibu tak menikahinya, mungkin tidak akan
pernah ada kesengsaraan semacam ini.”
Air mata kekecewaan tak kuasa terbendung oleh mata yang
indah milik wanita yang telah kembali dari jalan kegelapan.
“Tak ada pilihan bagi Ria untuk melakukan pekerjaan ini,
Bu. Setelah ayah enggan merawatku, ia membawaku ke dunia yang gelap ini. Aku
terpaksa, tapi lama kelamaan aku mulai menikmati. Sebelum akhirnya aku mengenal
sosok pria itu, pria yang dapat membaca isi hatiku yang dalam ini. Penyesalan
itupun akhirnya muncul kembali. Dan kini, meski tak banyak yang dapat
kukembalikan, setidaknya aku ingin keluar dari dunia malam ini.”
Penyesalan yang sangat mendalam yang dirasakan Ria
membuatnya seharian ini tak banyak melakukan apa-apa selain menangis dan terus
menyesali apa yang telah ia perbuat. Dan kini, ia merindukan sosok Sino.
Seorang pengusaha muda yang mengerti akan isi hatinya. Yang tak meremehkan
dirinya sebagai pelacur belaka. Tapi ia yang lebih dapat mengharagai dirinya
sebagai seorang wanita seutuhnya hingga ia memilih untuk keluar dari gemerlap
dunia malam.
“Halo, sayang.”
“Ada apa Om Henry?”
“Nanti malam, kita bersenang-senang yuk?”
“Maaf, om. Bukankah Ria sudah katakan, aku telah berhenti
dari pekerjaanku ini.”
“Apa maksudmu tetap menolak tawaranku? Dasar wanita
jalang! Sekali kau menjadi pelacur, selamanya kau akan dicap seperti itu. Apa
kau tak mau uang? Sudah menjadi kaya sekarang? Iya?!”
“Maafkan Ria. Setidaknya itu yang om katakan, tapi Ria
tetap akan meninggalkan dunia yang gelap itu.”
Telepon ditutup oleh Ria tanpa menunggu respon
selanjutnya oleh Henry. Ia yang kini telah berubah, memiliki pendirian yang
kuat untuk kembali ke kehidupan normal seperti wanita lain pada umumnya. Dan
kini ia mencari pekerjaan yang lebih layak untukya.
Sangat sulit untuknya mendapatkan sebuah pekerjaan. Cap
yang disematkannya sebagai pelacur
membuat masyarakat enggan untuk menerima ia sebagai pekerjanya. Iming-iming tak
meminta gaji yang besar, tetap tak membuat para empunya pekerjaan tak bergeming
untuk memakai jasanya.
Kini ia sampai di suatu perusahaan yang bertempatan di
kota dimana ia berada. Didapatinya informasi bahwa perusahaan tersebut
membutuhkan beberapa orang untuk direkrut dan dijadikan sebagai Office Boy atau
OB. Tak disia-siakan kesempatan itu untuknya mencoba mendapat peruntungan
diterima sebagai pekerja di tempat itu.
Ia berjalan menuju ke secerca harapan yang terdapat di
depan matanya. Disambut kedatangannya oleh security
perusahaan tersebut untuk mengetahui maksud kedatangannya kemari. Diantarnya ia
menuju ruang kantor yang mengurusi bagian pendaftaran kerja.
“Sebelumnya, apa pekerjaanmu?” tanya seorang pria yang
bertugas untuk mewawancarai dirinya.
“Aku dulu bekerja di klub malam tak jauh dari sini,
sebagai wanita penghibur.”
“Seorang wanita penghibur? Bukankah kau telah mendapat
bayaran atas pekerjaanmu itu? Kenapa kau ingin mendaftar pekerjaan disini?”
“Aku telah berhenti dari pekerjaanku. Aku ingin hidup
dengan normal dan tak ingin lagi berkecimpung di dalam dunia yang gelap itu.”
“Maaf, kami tak bisa menerima atas keadaan dirimu.”
“Tapi, saya benar-benar telah berubah.”
“Maaf, tetap kami tak bisa. Silahkan anda bisa pulang.”
Kekecewaan lagi-lagi tampak dari raut muka wanita itu.
Kini, ia benar-benar merasa, kehidupan masa lalu telah menghancurkan masa
depannya. Dan tampak ia mencoba menahan air mata yang hendak keluar dari kedua
kelopak matanya.
Sino, yang tampak berjalan keluar dari ruangan ia
bekerja, tanpa sengaja melihat Ria berada di depan ruang pendaftaran lowongan
pekerjaan sedang bersandar di tembok. Ditangkap olehnya mata yang berkaca-kaca
dari wanita itu. Ia memutuskan untuk mencoba mendekatinya hendak ingin tahu apa
yang membuatnya datang kemari dan kenapa ia tampak bersedih.
“Ria? Apa yang kau lakukan disini?”
Ria mencoba menengadahkan wajahnya dan membasuh air mata
yang hampir menetes ke pipi.
“Kau ternyata. Aku tak apa-apa.”
“Matamu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi
padamu. Katakanlah kepadaku. Mungkin aku dapat membantumu.”
“Dapatkah kita membicarakannya di suatu tempat?”
“Tentu, sekarang sedang break untuk makan siang. Sekalian, kita makan sama-sama.
Bagaimana?”
“Terserah kau saja.”
Mereka berdua berjalan keluar dari perusahaan tempat Sino
bekerja. Mereka menaiki mobil dan menuju ke restoran terdekat dari kantornya.
Sesampai di sana, mereka memesan makan siang untuk
berdua. Dilahapnya menu makan siang tersebut. Dan setelah keadaan memungkinkan,
Sino mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Ria.
Ria tampak mulai berkaca-kaca. Dan tak dapat lagi ia
menahan kesedihan di depan pria yang selama ini menjadi idamannya. Dengan
perlahan dan mencoba tenang, ia mulai menceritakan bagaimana kehidupannya
setelah malam itu dan alasan ia datang ke tempat Sino bekerja.
Sino yang mengerti akan keadaan Ria, mencoba menenangkan
suasana. Ia yang menjadi salah satu staff
penting di perusahaan tersebut, akan berusaha membantu wanita itu
mendapatkan pekerjaan di salah satu bagian perusahaan walau harus menjadi OB
pun, Ria tak sungkan menerimanya.
Komentar
Posting Komentar