Postingan

Memori untuk Krisdiyanto yang Akan Menikah

Gambar
Dari Afif Nuur Hidayat Kris, aku tak ingat dengan jelas kapan pertama kali kita saling kenal dan bertegur sapa. Kau bilang, kita pertama kali saling berbicara adalah ketika awal kelas 1 SMA. Pada saat itu, menjelang salat Jumat yang kita mungkin sama-sama tak ingat tanggal berapa, katamu, kau lewat di depan kelasku dan mengajakku dan kawan-kawan untuk segera ke masjid. Namun, momen itu sungguh aku melupakannya. Maafkan aku. Yang pertama kali kuingat tentang pandangan pertamaku padamu adalah betapa njeleih -nya dirimu. Hahaa. Bagaimana tidak, seorang bocah SMA yang pandai berbicara dan selalu nyambung dengan orang lain yang bahkan mungkin belum saling mengenal, kau begitu lepas dalam mencari bahan obrolan. Sedangkan aku, aku adalah bocah yang sama-sama njeleih di matamu, pada saat itu, karena polahku yang begitu sok angkuh, sombong, dan gemagusan . Namun, jujur, sepertinya aku tidak suka kepadamu saat itu adalah karena kau bisa gampang bergaul, sedangkan aku sangat sulit untuk be
Kawan Kecilku Karya: Afif Nuur Hidayat Masih terbayang di kala pancaran cahaya mentari yang menyinari pagi itu. Desir angin dengan tetesan embun yang membuat sejuk suasana alam dan hati kecilku. Kulangkahkan kaki menuju tempat dimana ku akan menimba butiran-butiran ilmu bumi dan semesta. Tak jauh jarak yang kuperlukan untuk menempuh tempat itu berada. Disaat sang panutan memaparkan isi-isi dunia, tak banyak yang kulakukan selain mendengar dan menyimpulkannya dengan kemampuanku yang terbatas akan kesempurnaan ini. Di tingkatan dasar ini pun tak jarang ku bermain dengan sahabat-sahabat yang berada di samping tempat ku menjaringkan diri. Hingga tiba saat suasana yang baru pernah terjadi. Terlihat sesosok anugerah Tuhan hadir di tengah keramaian yang membisingkan suasana tempat pemburu-pemburu ilmu berada. Sosok yang kebanyakan dari kami baru sekali ini melihatnya. Sosok kecil yang ramah berdiri dengan tenang dan tampak ceria itu memperkenalkan diri pada kami yang penasaran akan id

Rasa yang Hilang

Gambar
Magelang, 14 Agustus 2018 Kejadian itu terjadi beberapa hari yang lalu. Tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2018. Aku kembali menapakkan kakiku ke tanah tercinta, Purbalingga. Pada awalnya aku merasa antusias untuk kembali pulang. Tapi perasaan tersebut sirna begitu saja ketika kejadian itu berlangsung. Aku telah dipermalukan. Kejadian itu berlangsung begitu saja. Dan ia telah mengusik hal yang begitu kucintai. Hingga hari ini, aku telah kehilangan rasa yang lama kujaga. Entah esok ataupun lusa, apakah rasa itu akan kembali lagi, aku pun tak tahu.

Entahlah

Gambar
Magelang, 3 Agustus 2018 21.35 WIB Badan ini serasa menggigil. Cuaca malam ini sungguh begitu dingin. Aku tak berani untuk keluar melihat keadaan malam. Karena saking dinginnya, yah, aku tak mampu berkutik di nyamannya tempat tidur... Entah kenapa, rasanya aku tak mampu menghentikan keinginanku untuk menulis. Menulis di sebuah blog yang aku sendiri merasa, sudah begitu asing di hidupku. Aku hampir tak ingat bahwa aku memiliki beberapa cerita yang aku bagikan di blogku ini. Sebagai pengantar saja, aku mulai menulis cerita sejak aku duduk di bangku SMA. Masa-masa penuh dengan mimpi yang bersemayam di kepalaku. Aku kadang lupa, berapa banyak mimpiku pada waktu itu dan berapa pula yang telah aku wujudkan? Dan yang membuatku sebal, aku pun lupa, hal apa yang membuatku senang untuk menulis? Hingga aku memiliki mimpi ingin menerbitkan sebuah buku atas karyaku sendiri? Yah, mimpiku yang satu ini akhirnya terwujud pada tahun 2015 lalu. Aku menerbitkan sebuah novel berjudul Al

Untuk Engkau yang Kehilangan Jati Diri

Gambar
Untuk Engkau yang Kehilangan Jati Diri Bertahun-tahun sudah berlalu ketika diri ini menjadi seorang yang dipenuhi oleh ego atas keinginan yang terpendam. Tak ada keraguan dalam langkah kaki kecil ini yang seharusnya takut atas risiko yang mungkin dihadapi. Suatu ketika, hal-hal dalam hidup yang kutemui ini perlahan merubah cara pikirku dalam menanggapi berbagai permasalahan. Malah rasanya, aku merindukan diriku yang dulu. Aku tak dapat menemukan gairah hidup lagi dalam kondisiku yang seperti ini. Tantangan-tantangan terus saja bermunculan, namun aku tak dapat memposisikan diri sebagai seseorang yang benar pada prinsip serta keteguhan. Aku hanya terombang-ambing kesana-kemari dalam langkah yang tak pasti. Aku masih ingat, aku pernah dijuluki sebagai seseorang yang memiliki ambisi begitu besarnya. Dalam arti lain, akulah sang ambisius. Selalu ingin mendapatkan segala hal yang aku sukai. Aku seorang yang selalu berpandangan bahwa aku akan meraih segala hal yang aku

Wahai Pahlawan (Puisi)

Gambar
Wahai Pahlawan Karya : Afif Nuur Hidayat Wahai Pahlawan Lihatlah negeri yang kau agungkan Tampakkah ini tanah yang dulu kau perjuangkan? Bahkan, mata air disini tak mau menitikkan airnya Puji pahlawan patriot Nusantara Kau ubah ketandusan menjadi subur dan rindang Namun lihatlah Mereka mempora-porandakkan sawah yang baru ditanamnya Tumbuh-tumbuhan pun semua mati Beriringan dengan hilangnya seru “Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !” Begitu pun, mimpi milikmu itu Wahai pahlawan Jasamu memanglah besar Namun tak semua orang menghiraukan “Untuk apa mengenangmu?” katanya Akankah nanti cucuku Mereka tahu siapa yang pernah membuat harum negeri ini? Ataukah, Mereka hanya tahu siapa yang patut disalahkan Dari keganasan hama wereng yang tak terkendali itu Meriam mungkin menjadi saksi Hebatnya pahlawanku dulu mengusir para Landa Ia tak pernah takut meski seribu musuh dihadapinya Kini, anakku Sampaikanlah pada cucuku cerita itu